https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/iqtiran/issue/feedIqtiran: Journal of Quranic and Interpretation Studies2025-06-30T04:19:03+00:00Sahrul Hidayatullahilmualquran.tafsir@gmail.comOpen Journal Systems<p><strong>Iqtiran: Journal of Quranic and Interpretation Studies</strong> Is a journal that contains the results of studies or research on the scientific treasures of the Al-Qur'an and Tafsir from the classical to modern periods, both related to the history and traditions of the Al-Qur'an and Tafsir from the early to late periods, Al-Qur'an and Tafsir scholarship latest in the Islamic world. Special attention is given to works related to: Al-Qur'an Studies, Al-Qur'an Sciences, Living Qur'an, Al-Qur'an Studies in various regions of the world (Middle East, West, Archipelago and other areas), Methodology for studying the Al-Qur'an and Tafsir. This journal is published twice in the year (June and December) by Qur’anic and Tafsir Studies Programme IAI Miftahul Ulum Lumajang.</p>https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/iqtiran/article/view/2287ANALISIS HISTORIS AYAT ‘IDDAH DAN KORELASINYA DENGAN HAK KELUAR RUMAH BAGI WANITA KARIR PASCA PERCERAIAN2025-06-30T03:07:30+00:00Moh. Sirojul Muniralsiroji99@gmail.comRifai Kurniawanrifaikurniawan423@gmail.comSahronisahroni@gmail.com<p>Seiring perkembangan zaman, Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam selalu menjadi objek kajian untuk mengungkap makna-makna baru sebagai jawaban dari keberlangsungan kehidupan modern yang begitu pesat. Tidak terkecuali dalam pembahasan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum fikih, salah satunya mengenai ketentuan perempuan dalam masa <em>‘iddah</em>. Dalam konteks turunnya ayat tentang <em>‘iddah</em> tersebut tentu berbeda dengan zaman sekarang, sehingga perlu dikaji lebih mendalam, seperti halnya perihal ketentuan keluar rumah, berdandan (<em>ihdad</em>) dan lain sebagainya. Di zaman dahulu perempuan berkarir merupakan hal yang tabu, bahkan perempuan dianggap remeh dipandang kelas dua dalam kehidupan sosial. Sedangkan dalam konteks zaman modern dengan maraknya sosial media, tanpa keluar rumah pun bisa dengan mem-posting foto di media sosial, bahkan pula tidak sedikit yang menggunakan efek sebagai pemoles gambar yang akan disebarkan. Artikel ini akan mengungkap esensi dari ayat-ayat <em>‘iddah</em> di dalam Al-Quran tentang hukum keluar rumah bagi wanita <em>‘iddah</em>. Penelitian ini merupakan penelitian library research dengan menghadirkan teori kontekstual Abdullah Seed sebagai aspek pendukung kajian. Dalam artikel ini ditemukan pelarangan keluar rumah bagi wanita <em>‘iddah</em> adalah bukan aspek integral dari <em>‘iddah</em> itu sendiri, esensi dari <em>‘iddah</em> adalah dillarangan menikah dengan waktu yang telah ditentukan, sedangkan pelarangan keluar rumah dan aspek lain seperti <em>ihdad</em> adalah penyempurna ketercapaia esensi awal.</p>2025-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/iqtiran/article/view/2288TAFSIR AYAT-AYAT ANXIETY DALAM AL-QURAN: SOLUSI AL-QURAN (SPRITUAL WELL-BING) TERHADAP PROBLEMATIKA KESEDIHAN DALAM KEHIDUPAN2025-06-30T03:35:24+00:00Muh Gufron Hidayatullahmuhgufron@gmail.comAkmal Khoirus Sholeh akmalkhrz88@gmail.com<p>Penelitian ini mencoba untuk mengkaji pemaknaan Al-Quran sebagai <em>Syifa’</em> (penyembuh), sebagai pengaruh terhadap kesehatan mental atau solusi dari kesedihan yang dialami oleh manusia. Dalam ayat-ayat al-Quran, terdapat banyak penjelasan ayat tentang konsep pengendalian rasa sedih, umumnya dijelaskan dalam bentuk kisah yang apabila dibaca dengan <em>tadabbur</em> akan menjadi obat kesedihan. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teori tafsir <em>mawdlui</em>, dengan menelaah secara mendalam pada ayat-ayat yang secara khusus menjelaskan tentang sedih. Penelitian ini menyimpulkan bahwa banyak cara dalam mengendalikan emosi rasa sedih, diantaranya adalah; <em>Pertama</em>, kesadaran bahwa setiap manusia mengalami kesedihan bahkan para Nabi, sebagaimana terdapat dalam surat yusuf. <em>Kedua</em>, bahwa membaca tasbih, dzikir bahkan shalat dengan khusyuk dapat menghilangkan rasa sedih, sebagaimana dalam surah surah Al-Anbiya. <em>Ketiga</em>, untuk mengurangi rasa sedih adalah dengan tidak melihat kemewahan dunia yang dimilik orang lain dan disadari bahwa dunia bagi orang-orang mukmin bukanlah bahan untuk dijadikan berbangga diri, akan tetapi kualitas keimanan. <em>Keempat</em>, perlu disadari bahwa ketika berdakwah ditemukan kaum yang tidak menghiraukan bahkan menolak ajakan, hal semacam ini harus dimaklumi dan jangan sampai menjadi penyebab kesedihan yang mendalam, karena Nabi Muhammad pun sebagai makhluk terbaik juga pernah ditolah oleh kaumnya bahkan dicaci sebagaimana dalam surat al-Kahfi ayat 6.</p>2025-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/iqtiran/article/view/2289KOSMOLOGI DALAM AL-QUR’AN DITINJAU DARI I’JAZ AL-‘ILMY2025-06-30T03:42:51+00:00Anisatu Sholihaanisasholiha492@gmail.comFatichatur Rochmahfaticharhm@gmail.com<p>Alam semesta adalah sebuah ruang kosong yang sangat luas, di dalamya terdapat kehidupan biotik maupun non-biotik. Sehingga banyak dari sekian pakar atau Ilmuwan berlomba-lomba untuk melakukan sebuah penelitiah terhadapa alam semesta ini. Dan pada giliranya penelitian itu menghasilkan sebuah teori tentang asal-usul penciptaan alam semesta, salah teori tersebut yang mashur hingga saat ini ialah teori bigbang dan teori asap.Teori tersebut menyatakan bahwa alam bermula berdasarkan pecahan-pecahan bebatuan yang kemudian menggumpal menjadi bumi, sedangkan teori yang kedua menyatakan bahwa alam tercipta berasal dari gumpalan asam. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan, untuk mengkaji relevansi teori tersebut dengan kitab suci al-Qur’an. Hasil penelitian menunjukan bahwa teori big bang yang di kembangkan oleh Edwin Hubble dan teori asap sama dengan yang di jelaskan dalam al-Qur’an, tentunya hal ini menjadi dasar bahwa apa yang disampaikan al-Qur’an relevan dengan teori sains Modern, namun demikian teori tersebut bukan semata-mata untuk menjustifikasi apa yang telah disampaikan oleh al-Qur’an.</p>2025-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/iqtiran/article/view/2290MANAJEMEN LEMBAGA TAHFIDZ DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HAFALAN DAN KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN IBNU KATSIR JEMBER2025-06-30T03:46:25+00:00Viera Silvya Vierasilvya737@gmail.com<p>Tulisan ini memaparkan secara deskriptif mengenai manajemen di lembaga tahfidz yang ada di Pondok Pesantren Ibnu Katsir Jember. Ditengah populernya pondok tahfidz yang peminatnya semakin meningkat seiring berjalannya waktu, tidak sedikit yang memiliki cara khusus untuk mencetak santrinya menjadi manusia yang hafidz dan berkualitas agar bermanfaat bagi masyarakat luas. Pengumpulan data ini dilakukan melalui studi dokumen, wawancara dan observasi dengan teknik analisis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem yang diterapkan dalam pembelajaran Al-Quran di Pondok Pesantren Ibnu Katsir menekankan pada lima hal; Pertama, Pembentukan tim ahli di bidang Al-Quran yang secara khsusus mengatur kurikulum tahfidh. Kedua, penguatan kemampuan di bidang ilmu keagamaan melalui kajian Kitab Kuning. Ketiga, Penerapan Kurikulum secara ketat terutama dalam kualitas hafalan. Keempat, program Tahsin Al-Qiroah yang diadakan satu minggu sekali untuk meningkatkan kualitas bacaan santri. Kelima, Evaluasi krikulum juga dilakukan secara rutin dan terjadwal untuk terus meningkatkan kualitas santri. Selain itu Pemberian motivasi juga terus dilakukan dengan berbagai macam cara agar para santri mampu mengeluarkan usaha yang maksimal, salah satunya dengan mengadakan gratis biaya pada semester selanjutnya bagi santri yang mampu melampaui target di semester sebelumnya.</p>2025-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/iqtiran/article/view/2291WACANA PARENTING KELUARGA IMRAN DALAM MUATAN ISRAILIYAT TAFSIR AT-THABARI2025-06-30T03:48:48+00:00Musollimusholliready@unuja.ac.id<p>Israiliyat menjadi bab tersendiri yang mendapat banyak perhatian dari para pengkaji tafsir Al-Qur’ an. Bagaimana tidak, tafsir yang menjadi pegangan wajib untuk dapat memahami Al-Qur’ an seringkali tersisipi oleh riwayat-riwayat yang belum terjamin keabsahannya, salah satu riwayat yang dimaksud tersebut adalah israiliyat. Namun, nyatanya israiliyat tidak sepenuhnya diasumsikan negatif, justru israiliyat bisa menjadi penambah wawasan sehingga memperluas pemahaman terhadap makna Al-Qur’ an. Membahas seluruh israiliyat dalam Al-Qur’ an adalah pembahasan yang sangat luas tak berujung, maka metode tematik lebih menarik untuk dilakukan. Tema pola asuh anak sering menjadi perbincangan belakangan ini. Mengetahui pola asuh anak dalam sisi pandang Al-Qur’ an beserta keterangan lengkap dari sumber israiliyatnya tentu menjadi salah satu cara terbaik yang perlu dilakukan. Penelitian ini menjadikan QS. Ali Imran: 33-37 sebagai objek utama dan disusun dengan metode library research yang termasuk bagian penelitian kualitatif dengan menjadikan Tafsir At-Thabari sebagai fokus pembahasan dan menyertakan data-data dari berbagai sumber lainnya. Dengan penelitian ini diharapkan pembaca menemukan titik terang terkait pola asuh anak dari sudut pandang Al-Qur’ an, salah satunya dalam kisah keluarga Imran. Mulai dari kisah istri Imran yang tak kunjung dikaruniai anak kemudian dia berdoa meminta keturunan kepada Allah dan bernadzar menjadikan anaknya untuk berkhidmat penuh di Baitul Maqdis, ternyata Allah mengaruniainya anak perempuan namun dia tidak kecewa terhadap takdir Allah, dan kisah tumbuh kembang Maryam serta masa pendidikannya.</p>2025-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/iqtiran/article/view/2292INTERPRETATION OF LIBERATION IN THE QUR'AN PERSPECTIVE ASGHAR ALI'S2025-06-30T03:55:20+00:00Siti ZaenabSitizaenab.fuf@gmail.comMohamad Nur Wahyudiwahyudimuhamadnur@gmail.com<p><em>Diskursus terkait masalah penafsiran terhadap teks suci al-Qur’an semenjak zaman Rasulullah hingga sekarang tidak pernah ada hentinya, hal ini tentunya merupakan keniscayaan dikarenakan islam mengakui bahwa al-Qur’an merupak shahih li Kulli Zaman wa Makan. Doktrin tersebutlah yang hingga sekarang dijadikan pijakan oleh para mufasir Islam untuk menafsirkan al-Qur’an dengan berbagai metode dan pendekatan yang mereka pakai. Setidaknya dalam perkembangan metodologi penafsiran al-Qur’an terdapat dua corak metodologis yang digunakan dalam pembacaan al-Qur’an, corak pertama bersifat literal (berdasarkan teks al-Qur’an) dan yang kedua ialah kontekstual (selain melihat teks juga melihat konteksnya), selain kedua metode tersebut terdapat pula metodologi penafsiran al-Qur’an yang didasarkan pada analisis historis dan sosio-kultural yang mendasarkan pembacaan pada sisi-sisi historis dan sosio-kultural pada saat ayat al-Qur’an ditutrunkan. Setelah itu banyak mufasir lainnya yang tidak kalah penting dalam pembacaannya terhadap teks-teks al-Qur’an seperti Asghar Ali, Farid Essack, Hassan Hanafi dan lainnya, sedangkan dalam penelitian ini difokuskan terhadap kajian metodologis pemaknann al-Qur’an menurut Asghar Ali. Dalam penelitian ini metode yang digunakan ialah metode kualitatif yang didasarkan pada analisis sumber-sumber yang bersifat kepustakaan, selain itu penulis juga menggunakan pendekatan analisis kritis terutama terhadap metodologi pembacaan hermeneutis yang digunakan Asghar Ali dalam membaca atau menafsirkan teks al- Qur’an. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pembacaan yang dilakukan Asghar Ali merupakan kritik kepada mufasir pendahulunya, dikarenakan pembacaan mereka hanya terbatas pada urusan ubudiyah, yang menurut Asghar Ali ada yang lebih penting yaitu ayat-ayat tentang pembebasan</em></p>2025-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/iqtiran/article/view/2293SEJARAH PENAFSIRAN AL-QUR’AN DI NUSANTARA2025-06-30T03:58:45+00:00Ainita Nurusshoumianitanurusshoumi@gmail.comSetio Budisetiobudi660@gmail.com<p>Penafsiran Al-Qur'an di Nusantara merupakan aspek penting dalam sejarah intelektual Islam di Indonesia. Sejak kedatangan Islam, penafsiran Al-Qur'an telah mengalami berbagai transformasi yang mencerminkan dinamika sosial dan budaya masyarakat Nusantara. Penelitian ini dipilih karena pentingnya memahami evolusi pemikiran Islam di Indonesia dan bagaimana konteks lokal mempengaruhi interpretasi teks Al-Qur’an. Pengetahuan ini dapat memperkaya wawasan kita tentang keberagaman penafsiran dalam Islam khususnya di Nusantara. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, dengan mengkaji berbagai sumber literatur yang mencakup tafsir klasik, terjemahan, dan karya-karya ulama lokal dari berbagai periode sejarah. Analisis dilakukan terhadap perkembangan penafsiran dari masa ke masa, termasuk pengaruh budaya dan politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penafsiran Al-Qur'an di Nusantara berkembang dari pendekatan tradisional yang dipengaruhi oleh tafsir Timur Tengah, menuju pendekatan kontekstual dan tematik yang lebih relevan dengan kondisi lokal. Tokoh-tokoh seperti Quraish Shihab memainkan peran penting dalam memodernisasi penafsiran Al-Qur'an di Indonesia. Oleh karenanya sejarah penafsiran Al-Qur'an di Nusantara mencerminkan adaptasi dan inovasi dalam tradisi intelektual Islam, menunjukkan bagaimana Islam dapat berinteraksi dan berkembang dalam konteks budaya yang beragam. Penelitian ini menekankan pentingnya kontinuitas dan perubahan dalam tradisi penafsiran Al-Qur'an</p>2025-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025