INTERPRETATION OF LIBERATION IN THE QUR'AN PERSPECTIVE ASGHAR ALI'S
Keywords:
Tafsir Pembebasan, Hermeneutika, al- Qur’anAbstract
Diskursus terkait masalah penafsiran terhadap teks suci al-Qur’an semenjak zaman Rasulullah hingga sekarang tidak pernah ada hentinya, hal ini tentunya merupakan keniscayaan dikarenakan islam mengakui bahwa al-Qur’an merupak shahih li Kulli Zaman wa Makan. Doktrin tersebutlah yang hingga sekarang dijadikan pijakan oleh para mufasir Islam untuk menafsirkan al-Qur’an dengan berbagai metode dan pendekatan yang mereka pakai. Setidaknya dalam perkembangan metodologi penafsiran al-Qur’an terdapat dua corak metodologis yang digunakan dalam pembacaan al-Qur’an, corak pertama bersifat literal (berdasarkan teks al-Qur’an) dan yang kedua ialah kontekstual (selain melihat teks juga melihat konteksnya), selain kedua metode tersebut terdapat pula metodologi penafsiran al-Qur’an yang didasarkan pada analisis historis dan sosio-kultural yang mendasarkan pembacaan pada sisi-sisi historis dan sosio-kultural pada saat ayat al-Qur’an ditutrunkan. Setelah itu banyak mufasir lainnya yang tidak kalah penting dalam pembacaannya terhadap teks-teks al-Qur’an seperti Asghar Ali, Farid Essack, Hassan Hanafi dan lainnya, sedangkan dalam penelitian ini difokuskan terhadap kajian metodologis pemaknann al-Qur’an menurut Asghar Ali. Dalam penelitian ini metode yang digunakan ialah metode kualitatif yang didasarkan pada analisis sumber-sumber yang bersifat kepustakaan, selain itu penulis juga menggunakan pendekatan analisis kritis terutama terhadap metodologi pembacaan hermeneutis yang digunakan Asghar Ali dalam membaca atau menafsirkan teks al- Qur’an. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pembacaan yang dilakukan Asghar Ali merupakan kritik kepada mufasir pendahulunya, dikarenakan pembacaan mereka hanya terbatas pada urusan ubudiyah, yang menurut Asghar Ali ada yang lebih penting yaitu ayat-ayat tentang pembebasan